Punggungku lelah menanggung beban
Entah kapankah akan berakhir
Derita menjadi fakta
Nyata menjadi nyala
Konflik menjadi pelik
Dan semua kata derita telah berubah menjadi rasa
Punggungku lelah menanggung beban
Entah kapankah akan berakhir
Derita menjadi fakta
Nyata menjadi nyala
Konflik menjadi pelik
Dan semua kata derita telah berubah menjadi rasa
Simply, saya dapat mandat dari Danni Moring untuk mengerjakan beberapa tugas dengan iming-iming sebuah award. Baiklah, karena saya masih seorang narablog, saya menghargai penganugerahan award ini. Dan berikut adalah peraturan dari penganugerahan award ini.
Komentar saya terhadap peraturan ini adalah terlalu banyak kata “jikalau”-nya. Pertanyaannya, apakah maksud dari semua ini? Adakah kode atau maksud tersembunyi dari kata “jikalau” ini? Tapi, lupakanlah.
Bagian 1: 11 hal tentang saya.
Ini adalah pertanyaan dari Danni Moring terkait dengan award ini. Pertanyannya adalah apa yang saya bayangkan tentang:
Karena saya telah memenuhi kewajiban saya dengan menjawab pertanyaan yang dilimpahkan kepada saya, saya berhak atas award ini:
Dan berhubung ini adalah award bergilir –yang mana kesimpulan ini bisa saya tarik dari peraturan yang telah dipaparkan sebelumnya– maka saya akan menetapkan kandidat selanjutnya untuk memperoleh award ini beserta pertanyaan untuk para kandidat tersebut.
Pertanyaan untuk para kandidat adalah sebagai berikut. Kesan seperti apakah yang terpikirkan di kepala Anda ketika Anda mendengar kata:
Dan para kandidat yang beruntung menjawab pertanyaan tersebut sekaligus berhak atas award di tulisan ini adalah:
Disebabkan oleh karena keterbatasan waktu saya selaku Admin, saya hanya mampu menetapkan 8 kandidat, dan mempersilakan 3 calon kandidat terbuka bagi siapa saja yang bersedia. Apabila ada calon kandidat yang telah menerima award ini sebelumnya, maka keputusan untuk mengerjakan tugas dari tulisan ini diserahkan sepenuhnya kepada calon kandidat tersebut.
Demikian, apabila terdapat kesalahan dalam tulisan ini, saya haturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dari lubuk jiwa terdalam saya. Demikianlah tulisan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Makassar, 19/9/2012
Dalam presensi yang tidak tampak
Haruskah kebohongan terkuak?
Sembunyi dan lari sembunyi
Berdiri dibalik sepi
Seorang diri
Menepi
Takut kebohongan menjadi fakta yang dianggap
Karena saksi takpernah berucap
Lebih baik sembunyi
Hilangkan presensi
Apakah aku cukup suci?
Kurasa tidak
Namun sebagian diriku hendak dianggap begitu
Apakah aku cukup cerdas?
Tidak pantas
Namun sebagian diriku licik bersikap dengan seolah-olah
Apakah aku cukup ambisius?
Tidak, jawabku ketus
Namun sebagian diriku mengatasnamakan masa lalunya
Apakah aku tidak?
Namun sebagian diriku bilang iya
Konflik tiba
Dimana takut jadi pemimpinnya
Dan segala akal sehat mati terpenjara
Berbagai urusan menjadi perintang
Dan takut tidak pernah bisa lantang
Untuk maju ke medan perang
Menantang
Padahal yang dicari berbaris terbentang
Di balik perselisihan urusan dan ketakutan
Setiap hari rasa berputar dalam loop
Heran, tapi demikian terjadi tanpa ada jeda
Hampa menimpa
Sedih melanda
Amarah tercipta
Lalu tenang menyapa
Namun kejelasan tidak pernah tiba
Aku hanya sedang belajar…
… menjadi kuat
Kosong dari impian
Dan tetap hendak berjalan
Meski pertimbangan tidak pernah jadi keputusan
Keraguan mutlak menjadi pilihan
Semua berjalan lancar dalam fatamorgana
Namun tidak di dunia nyata
Kau, di manakah kau hidup?
Bisa-bisanya mimpi yang membawamu kemari meninggalkanmu begini?
Hai, apa kabarmu? Sekian lama saya sudah tidak menemuimu. Apa kabarmu? Aku ingin sekali tahu apa kabarmu.
Hai, maafkan saya yang selama ini terlalu sibuk. Maaf, ya. Saya bukan bermaksud untuk menelantarkanmu, tolong jangan marah. Tolong jangan marah.
Perlu kau mengerti, saya sedang dalam masalah besar. Bagi sebagian orang mungkin biasa, tapi ini masalah besar bagiku. Andaikan kau mampu berdoa, doakan saja saya supaya bisa menyelesaikan ini dengan baik. Ya, andaikan kau bisa, doakan saya. Atau ceritakan kepada dunia tentang laraku agar mereka mendoakan. Saya ketakutan menghadapi ini sehingga saya lupa untuk menyapamu tiap hari. Saya mohon, mohon sekali kau mengerti dan melakukan yang kau bisa. Tunggulah saya…
Hari ini saya sadar, kalau saya harus berusaha lebih keras. Dari sekian banyak pekerjaan yang terabaikan, dan sekian banyak janji yang kulanggar, serta banyaknya rencana yang tidak terealisasi, saya sadar di mana kelemahanku. Saya harus berusaha lebih keras, meski saya tahu gagal demi gagal akan lagi-lagi kuhadapi.
*)Buat yang wisuda hari ini, SELAMAT YA!!
Huahahahaha… rasanya mau tertawa sambil menangis, tapi bagaimana caranya? Jadi, begini masalahnya. Masalahnya adalah saya punya banyak masalah tapi setiap kali mau minta saran orang untuk mengatasi masalah ini, orang lain cuma bilang: ITU MASALAH LO! JANGAN CURHAT, DEK!
Jadi, itu masalahnya! Jelas?! OK. Saya yakin tidak jelas. Nenek-nenek salto juga pasti nggak bakalan ngerti apa yang saya maksudkan. Ini semua sebenarnya disebabkan oleh waktu. Saya selalu terlambat. Terlambat datang dinas, terlambat bangun tidur, terlambat tidur siang, bahkan kadang terlambat sadar kalau itu semua adalah masalah. Sekarang sudah jam setengah satu siang tanggal 9 September 2012, dan itu artinya masalah kalau saya belum menyelesaikan masalah-masalah itu.
Pasti mengawang-awang apa yang saya maksudkan dengan masalah kan? OK, setelah bertapa selama beberapa menit lamanya, akhirnya saya memutuskan suatu keputusan dan sebuah tali jemuran. Jadi, masalah-masalah saya akan saya staging sehingga mudah untuk diselesaikan.
Stage 1: Saya harus ke Rumah Sakit buat operan ke koas minggu ini, sekaligus mengemis nilai, sekaligus mengemis tanda tangan untuk logbook yang naudzubillah susah dilengkapi. Untuk itu, saya harus fotokopi lembar nilai dan siapkan Flash Disk untuk diisikan data minggu lalu.
Stage 2: Saya harus pulang ke rumah buat cuci motor yang sudah ganti cat dengan debu dan dedaunan kering. Juga harus cukur rambut dengan indikasi cermin bagiku sudah tampak seperti brokoli hitam. Juga harus makan dan buang air dengan puas tanpa harus bayar. Juga minta doa restu orang tua untuk masalahku yang sebenarnya. Dan tidak lupa mandi karena sudah hampir satu setengah minggu saya tidak mandi sama sekali.
Stage 3: Ke kampus menyelesaikan proyek yang berhubungan dengan uang. Lalu, kembali lagi ke rumah sakit, mencari orang-orang penting untuk (lagi-lagi) dimintai tanda tangan untuk logbook yang naudzubillah itu. Dan juga diskusi status untuk legalitas ikut ujian lisan.
Stage 4: Besok, cari toga buat wisuda hari Selasa! Yeah!
Masalahnya yang sebenarnya adalah karena saya belum ujian lisan untuk keluar dari bagian supersibuk ini, tetapi saya sudah berencana untuk melakukan kecurangan di bagian yang tidak sibuk setelahnya. Kuharap tidak ada hal buruk yang terjadi karena jika hal itu betul terjadi maka celakalah aku yang artinya saya harus mengundur masa depanku satu minggu ke depan lagi.
Saran dari mereka yang kebetulan mendengar keluh kesah kebingungan dari mahasiswa labil yang multitasking ini adalah yang pertama: HANTAM LURUS! yang artinya berbuatlah curang selagi tidak ketahuan. Yang kedua: MUNDUR SELANGKAH UNTUK MAJU SERIBU LANGKAH! yang artinya mundur satu minggu supaya bisa lebih tenang yang sebetulnya sama sekali tidak menjamin ketenanganku. Yang ketiga yang paling membingungkan: ITU MASALAH LO! (“-_-)
Lima belas menit setelah saya mulai menulis, sekarang saya merasa semakin gelisah, sebaiknya saya segera cabut. Mancabut segala yang perlu dicabut, dan mudah-mudahan waktunya cukup. Baiklah saya bergegas dulu! Doakan aku!